Cedera ACL merupakan robekan pada ligamen lutut sisi anterior. ACL merupakan ligamen yang menghubungkan tulang paha (femur) dengan tulang kering (tibia).  ACL berfungsi untuk menjaga stabilisasi lutut supaya tidak terjadi translansi anterior tibia dari femur.

Anatomi Lutut

Cedera ACl sering dialami oleh para individu yang gemar berolahraga. Berdasarkan insidensi yang terjadi mekanisme cedera ACL 70%   berhubungan dengan olahraga, terutama  gerakan pivoting  seperti pada olahraga basket, sepak bola, voli, dan ski. Mayoritas cedera yang terjadi adalan non-kontak dengan mekanisme lutut dalam posisi valgus dan twisting (puntiran). Adanya salah posisi lutut ketika mendarat serta trauma langsung dengan arah gaya dari samping juga dapat menyebabkan robeknya ACL.

Mekanisme Cedera ACL

• Jenis kelamin perempuan
  Perempuan memiliki risiko 2.6 x lebih besar untuk mendapatkan cedera ACL dibandingkan dengan laki-laki.

• Jenis olahraga
  Insiden cedera ACL lebih tinggi pada olahraga seperti bola basket, sepak bola, sepak bola, bola voli, ski, dan tenis. Olahraga ini membutuhkan deselerasi yang mendadak, seperti: memotong (cutting), berputar, atau mendarat dengan satu kaki.

• Riwayat cedera ACL sebelumnya
  Risiko cedera berulang sekitar 15% lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki riwayat sebelumnya.

• Usia : umumnya terjadi pada usia 15-45 tahun akibat partisipasi tinggi pada olahraga.

• Adanya nyeri hebat dan bengkak tiba-tiba pada lutut, serta tidak mampu melanjutkan aktivitas
• Bunyi/sensasi “pop” pada lutut
• Lingkup gerak sendi terbatas

Sensasi instabilitas sendi atau lutut berasa “bergeser”

• Grade 1. Ligamen sedikit teregang, biasanya sendi lutut masih stabil
• Grade 2. Robekan ligamen sebagian, sendi lutut dapat masih stabil ataupun mulai tidak stabil
• Grade 3. Robekan ligamen total dan umumnya sendi lutut menjadi tidak stabil.

Derajat Robekan Ligamen

Banyak pasien yang mengalami cedera robekan  ACL yang robek memutuskan untuk menjalani operasi rekonstruksi ACL agar dapat kembali ke aktivitas yang mereka lakukan sebelum cedera, sedangkan penatalaksanaan cedera ACL tanpa operasi dapat dipertimbangkan pada kondisi:

• Sprain ringan, di mana ACL tidak robek dan stabilitas lutut baik.
• ACL robek sebagian, tanpa gejala ketidakstabilan lutut.
• ACL robek sepenuhnya, tanpa gejala ketidakstabilan lutut saat beraktivitas ringan. Dengan catatan tidak dapat kembali melakukan olahraga berat.
• Usia tua dengan aktivitas fisik yang relatif sedikit dan ringan.

Pertolongan pertama yang segera dilakukan untuk dapat mengurangi nyeri dan pembengkakan pada saat cedera akut adalah dengan pendekatan PRICE (Protection, Rest, Ice, Compression, Elevation).

Bila nyeri dan pembengkakan sudah berkurang dapat langsung untuk melakukan program rehabilitasi berupa fisioterapi dan terapi latihan dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi gerak sendi lutut dan memperkuat otot-otot tungkai bawah.