WASPADAI NYERI PUNGGUNG BAGIAN BAWAH (LOW BACK PAIN)
dr. Jessica Philbertha
Medifit Active Rehabilitation Center
APAKAH NYERI PUNGGUNG BAWAH PERLU DIWASPADAI?
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah salah satu masalah muskuloskeletal utama yang menyerang 70-85% populasi dewasa. Jika lebih dari 3 bulan, nyeri tersebut akan digolongkan menjadi nyeri punggung bawah kronik. Sekitar 45-75% penderita akan tetap mengalami nyeri setelah 12 bulan dari onset nyeri pertama. Nyeri radikular lumbal kronik menempati 20-35% nyeri punggung bawah. Ironisnya, nyeri punggung bawah dapat berakhir pada kelumpuhan serta disabilitas yang berdampak pada penurunan kualitas hidup.
FAKTOR APA SAJA YANG BERPERAN?
Nyeri punggung bawah berhubungan dengan faktor genetik, pertambahan usia, riwayat kebiasaan (merokok dan alkohol), pekerjaan, pola hidup sedenter, trauma fisik, distress psikologi, dan komorbiditas (diabetes, obesitas, dan lain-lain).
DARIMANA NYERI PUNGGUNG BAWAH BERASAL?
Nyeri punggung bawah dapat berasal dari berbagai sumber, seperti saraf, otot, fasia, tulang, sendi, diskus intervertebralis, dan organ dalam rongga perut. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk mengetahui dan memahami riwayat penyakit serta kebiasaan penderita. Pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang seperti x-ray, CT-scan, dan MRI juga berperan penting dalam menegakkan diagnosis.
APA SAJA “RED FLAGS” PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH?
Menurut American Collage of Radiology, pencitraan radiologi belum diperlukan jika durasi nyeri punggung bawah masih kurang dari 6 minggu tanpa adanya red flags. Red flags yang dimaksud meliputi trauma baru atau trauma pada usia lebih dari 50 tahun, penurunan berat badan atau demam tanpa penyebab yang jelas, imunosupresi, diagnosis kanker sebelumnya, penggunaan obat intravena, penggunaan kortikosteroid atau osteoporosis, usia lebih dari 70 tahun, serta defisit neurologis fokal dengan gejala yang progresif maupun diabilitas.
APAKAH SEMUA NYERI PUNGGUNG BAWAH ITU SERUPA?
Nyeri punggung bawah dapat digolongkan menjadi nyeri nosiseptif dan neuropatik. Nyeri nosiseptif terjadi akibat kerusakan atau ancaman kerusakan pada jaringan selain saraf yang akan mengaktivasi nosiseptor, seperti rangsangan kimia, mekanik, dan termal. Berbeda dengan nyeri neuropatik, nyeri tersebut terjadi akibat lesi primer pada sistem saraf somatosensorik sehingga akan menimbulkan nyeri yang menjalar sesuai dengan perjalanan saraf (dermatom). Jika rangsangan yang mengancam terus-menerus terjadi, maka akan terjadi sensitisasi perifer dan sentral yang mengakibatkan peningkatan rangsangan neuron dalam sistem saraf pusat sehingga input normal mulai menghasilkan output abnormal (berlebihan). Radikulopati lumbal adalah bentuk nyeri neuropatik tersering pada nyeri punggung bawah, sedangkan nyeri miofasial adalah bentuk nyeri nosiseptif tersering pada nyeri punggung bawah. Keduanya digolongkan pada nyeri punggug bawah spesifik karena diagnosis patoanatomi yang jelas. Akan tetapi, 85% kasus nyeri punggung bawah tidak diketahui secara jelas penyebabnya sehingga digolongkan pada nyeri non spesifik.
BENARKAH LATIHAN FISIK BERDAMPAK POSITIF PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH?
Panduan penatalaksaan nyeri punggung bawah merekomendasikan penderita nyeri punggung bawah non spesifik untuk melakukan latihan fisik secara teratur. Hal ini bertujuan untuk mencegah perburukan dan disabilitas serta meningkatkan fungsi tulang belakang. Disarankan untuk melakukan latihan kekuatan otot dengan peregangan atau aerobik 2-3 kali per minggu. Pilates, metode latihan yang berpusat pada gerakan terkontrol, pernafasan, dan perenggangan juga dianjurkan untuk mengurangi rasa sakit dan kecacatan. Yoga pun dapat dipertimbangkan sebagai alternatif lainnya. Namun, jika terdapat kelainan yang telah diketahui sebagai penyebab nyeri punggung bawah, hendaknya penatalaksanaan disesuaikan untuk mengatasi kelainan tersebut.
PENYAKIT APA SAJA YANG DAPAT MENIMBULKAN NYERI PUNGGUNG BAWAH?
Terdapat banyak kondisi patologis yang dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung bawah. Dari keseluruhan kasus nyeri punggung bawah, terdapat 4% kasus dengan diagnosis herniated nucleus pulposus (HNP), 3% dengan stenosis spinal, 2% dengan spondilolitesis, 1-4% dengan fraktur vertebra, 0,7% dengan tumor (primer maupun metastasis), dan 0,2% dengan ankilosis spondilitis. Penyebab lainnya adalah sacroiliac joint syndrome, kelainan bentuk tulang belakang (lordosis, kifosis, dan skoliosis), disfungsi otot, gangguan pada jaringan ikat, dan gangguan sistemik lainnya.
Sumber :
1. Njis J, Apeldoorn A, Hallegraeff H, Clark J, Smeets R, Malfliet A, et al. Guidelines for the clinical classification of predominant neuropathic, nociceptive, or central sensitization pain. Pain physician. 2015; 18: 333-46.
2. Petersen T, Laslett M, Juhl C. Clinical classification in low back pain. BMS musculoskeletal disorders. 2017; 18: 188-211.
3. Shipton EA. Physical therapy approaches in the treatment of low back pain. Pain ther. 2018; 7: 127-37.
4. Allegri M, Montella S, Salici F, Valente A, Marchesini M, Compagnone C, et al. Mechanism of low back pain. F1000Research. 2016; 5: 1530-41.
5. Steffens D, Maher CG, Perelra LSM, Stevens ML, Olivelra VC, Chapple M, et al. Prevention of low back pain. JAMA intern med. 2016; 176(2): 199-208.
6. Shiri R, Coggon D, Hassani KF. Exercise for the prevention of low back pain. American journal of epidemiology. 2018; 187(5): 1093-1101.
7. Khan AN, Jacobsen HE, Khan J, Filippi CG, Levine M, Lehman R, et al. Inflammatory biomarkers of low back pain and disc degeneration. 2017; 1410(1): 68-84.
8. Wong AYL, Karppinen J, Samartzis D. Low back pain in older adults. Scoliosis and spinal disorders. 2017; 12: 14-37.
9. Casser HR, Seddigh S, Rauschmann M. Acute lumbar back pain. Deutsches arzteblatt international. 2016; 113: 223-34.